The Problem of Suffering

on 9:36 PM

As requested by some brothers this afternoon, I have uploaded the text of Friday Khutba which was delivered today at Al-Huda Mosque.

Original khutbah taken from KhutbahBank few days ago, and edited yesterday 'here and there' with some addition from an article forwarded by one of my friend.


- - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - -

All Praise is due to Alláh, We praise Him and we seek help from Him.
We ask forgiveness from Him.

We repent to Him, and we seek refuge in Him from our own evils and our own bad deeds. Anyone who is guided by Alláh, he is indeed guided; and anyone who has been left astray, will find no one to guide him.

I bear witness that there is no god but Alláh, the Only One without any partner; and I bear witness that Muhammad SAW is His servant, and His messenger.

O You who believe, Fear Allah, as He should be feared, and die not except as Muslims.
He will forgive your sins and repair your deeds.

O You who believe, Be aware of Allah, and speak a straightforward word.
And whoever takes Allah and His prophet as a guide, has already achieved a mighty victory.

My Dear Brothers and Sisters,

Today I’d like to deal with a topic that we all encounter, whenever we discuss natural disasters and personal grief with our friends and neighbours outside the Muslim community. It’s the “problem,” as they see it, of Suffering.

Some people argue, that if God is Love, if Allah is All Merciful, then why do people suffer? There are so many earthquakes, floods, volcanoes. There’s so much warfare, hunger and disease.

Why do innocent men, women and children have to endure unspeakable hardship? Why do the real sinners seem to get away with their crimes? Sometimes we hear people say, “How can I believe in a Merciful and Loving God when He allows so much suffering?”

Jiwa Manusia

on 12:37 AM

Anda bukan berinteraksi dengan batu-batu keras atau manusia malaikat yang suci dari noda dan dosa. Tetapi, dengan jiwa manusia yang mempunyai pelbagai naluri: naluri suka menjadi kekal, gemarkan banyak dan melimpah, dan naluri ingin memuaskan seks. Ada pula naluri dendam, waspada dan ingin mempertahankan pegangan sendiri serta suka mengembangkannya kepada orang lain.

Sesungguhnya jiwa manusialah medan segala perubahan sosial dan politik yang berterusan berlaku dalam sejarah dulu dan kini. Kebangkitan semuanya adalah kerana mahu mengisi perut, memuaskan nafsu seks dan gilakan kemewahan. Kebangkitan kerana membalas terhadap perampas tanahnya atau wanita.

Hassan al-Banna telah berkata:

"Medan bercakap tidak sama dengan medan berkhayal. Medan beramal tidak sama dengan medan bercakap. Medan berjihad tidak sama dengan medan beramal. Medan berjihad sebenar tidak sama dengan medan berjihad yang silap.

Ramai yang mudah berkhayal namun tidak semua apa yang terbayang di kepala mampu diungkapkan dengan kata-kata. Ramai yang mampu bercakap namun hanya segelintir daripadanya yang mampu bertahan ketika beramal.


Ramai di kalangan segelintir ini yang mampu beramal namun hanya segelintir sahaja di kalangan mereka yang mampu memikul bebanan jihad yang sukar dan amal yang nekad. Para mujahid yang kecil jumlahnya ini mungkin akan tersilap jalan dan tidak menepati sasaran jika tidak kerana mereka dipelihara oleh Allah. Kisah Talut menjelaskan apa yang saya katakan ini.

Oleh itu, siapkanlah diri kamu, pupuklah jiwa kamu dengan tarbiyah yang betul, latihan yang ketat dan ujilah diri kamu beramal dengan kerja-kerja yang keras, tidak disukai dan menyukarkan. Kekanglah dari segala kehendak dan adat kebiasaan yang biasa dilakukan oleh jiwa."

Kembali Ke Masjid

on 6:56 AM


"Alla hu ak bar.
Bis milla hir rahma nir ra heem.
Al ham du lilla hi rab bil a la meen"

Sepatah-patah dia menuturkan kalimah untuk menunaikan solat. Sahabatnya di sebelah perlahan-lahan membetulkan bacaan dan setiap gerakan yang dilakukan. Hampir setiap hari setiap waktu Asar dan Maghrib dia akan datang ke masjid untuk bersama-sama muslim yang lain menunaikan solat berjemaah.

Dia baru sahaja memeluk Islam selama beberapa bulan. Tetapi sangat bersungguh-sungguh untuk belajar, tidak susah untuk bertanya jika perlukan penjelasan dan ringan tangan untuk membantu jika diminta. Semalam dia belajar tentang cara sujud yang betul. Beberapa hari sebelumnya pula belajar mengangkat takbiratul ihram dan rukuk.

Lukisan tattoo di muka dan di tangan, dengan badan yang tinggi dan besar gaya layak dengan kisah silamnya sebagai seorang ketua 'gangster' tidak menghalang dia untuk solat, membaca al-Quran dan datang ke masjid. Sekali-sekala dia akan membawa anaknya yang masih kecil ke masjid, untuk sama-sama belajar tentang Islam.

Kisah ini merupakan satu realiti di Dunedin, kisah seorang muslim yang kembali kepada Islam setelah lama ditinggalkan. Walaupun baru, semangatnya untuk belajar tentang Islam dan datang ke majid mengalahkan seorang muslim yang telah 'lama' Islam.